Sejarah
Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Madani didirikan pada tahun 2009 oleh seorang ulama di Semarang, Al Mursyid KH M Tauhid dan istrinya Hj. Murningsih. Keduanya merintis madrasah di tanah seluas 3.000 meter persegi di Desa Terwidi, Plalangan, Kecamatan Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. Abah kyai, begitu ia kerap disapa, mendirikan pondok lantaran ingin berdakwah melalui pendidikan. Ia terinspirasi oleh gurunya dari Bumiayu, Jawa Tengah, bernama Abu Nur Jazuli Nahrawi Amaith.
Abah kyai memiliki latar belakang sebagai pendidik yang telah menggeluti dunia akademik selama lebih dari 30 tahun. Abah kyai juga merupakan Ketua Umum Jama’iyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh Indonesia (JATMI) periode 2018-2023 dan mursyid thoriqoh. Sementara istrinya, Ibu Murningsih atau yang biasa disebut Bu Nyai, merupakan seorang dosen di Universitas Diponegoro yang telah menekuni bidang akademik selama lebih dari 30 tahun. Beliau juga memiliki latar belakang riset yang kuat lantaran sebelumnya bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Ponpes Al-Madani berkomitmen memberikan akses pendidikan formal (SMP dan MA) dan non formal pesantren dengan menerapkan nilai Islam untuk anak-anak muda dalam rangka mengasuh generasi masa depan yang paham tentang Islam nusantara, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta memiliki mental untuk bersaing di Indonesia dan global.
Lingkungan ponpes yang berada di lereng kaki Gunung Ungaran dengan iklim masyarakat pedesaan memberikan atmosfer yang nyaman dan segar untuk sekolah dan mengembangkan minat dan bakat. Lokasi sekolah yang jauh dari jalan raya juga menambahkan nilai positif untuk mendukung pembelajaran sehingga anak bisa berkonsentrasi lebih dalam dan tidak terusik oleh kebisingan serta hiruk pikuk perkotaan.